Pembesar Penis

Cerita Dewasa Akibat Tinggal Satu Apartemen Part II

Lanjutan dari Cerita Dewasa Akibat Tinggal Satu Apartemen - Arena Cerita Terbaru adalah tempat Cerita Dewasa Terbaru yang mungkin kalian suka. Bagi kalian yang masih di bawah umur 20 silahkan tigalkan dan bisa membaca cerita yang lain karena ini adalah bacaan Cerita Dewasa atau istilah lainnya Cerita Seks. Jika kalian tidak suka dengan Cerita Dewasa ini kalian bisa mencarinya dengan kata kunci cerita ngentot atau cerita mesum dan juga cerita seks sedarah. ok langsung saja kalian simak cerita dewasa di bawah ini semoga anda puas dan croot.

Cerita Dewasa Akibat Tinggal Satu Apartemen Part II
Cerita Dewasa Akibat Tinggal Satu Apartemen Part II - Tititku yang dari tadi menuntut pelampiasan, mengajakku mendekatkan kepalanya ke memek Vivi.
Vivi yang masih lemas, pasrah ketika kakinya kubuka lebar-lebar.
Kugesekkan perlahan-lahan kepala tititku di memek basahnya Vivi.
Gila.. enak banget. Hal ini selalu kubayangkan ketika masturbasi sambil menciumi BH dan celana dalam Vivi.
Vivi mulai merasakan kenikmatan kembali. Desahannya menambah nafsuku.

Perlahan-lahan kepala tititku mulai tenggelam di lembah hangat.
Kudorong keluar masuk sampai mentok di selaput daranya.
Vivi terlihat masih menikmati sodokan halusku. Dia tidak tahu kalau kepala tititku sudah tenggelam.
Hanya selaput dara nya yang menghalangi gerakanku.
Nafsu dan nalar berkelahi di pikiranku.
Apakah kuambil perawannya? Atau kunikmati saja seperti ini?
Sepertinya nafsuku yang menang.....

Baru saja hendak kulakukan sodokan keras, Vivi bangun dari posisinya dan membalikkan badan.
Menungging.
"Ton, ayo sodok dari belakang! Gua pengen ngerasain doggy style nih."
"Ok, Vi!"
Wah dikasih posisi seperti ini... bisa langsung bolong nih..
"Vi.. kalo posisi kayak gini bisa bolong lho nanti... Yakin nih?"
Padahal aku dalam hati mau banget... kapan lagi wanita cantik telanjang bulat, nungging di depanku.

"Ah iya.. yah... tapi... gua dah nafsu banget Ton... bolongin aja deh Ton.. Gua pengen tahu juga rasanya titit lu di dalam gua."
Mendengar itu aku langsung ambil posisi di belakang pantat Vivi dan mengarahkan tititku ke memek Vivi.
"Ok Vi.. gua juga pengen ambil perawan lu kok. Dah dari hari pertama ketemu elu, gue pengen ngerasain memek lu."
Kusodok perlahan-lahan. Kepala tititku segera mentok selaput dara.
"Siap Vi? Gua sodok nih...hmmphh" Sodokan kerasku langsung merobek selaput dara Vivi."
"ADUHHHH.... SAKIT.. Ton... pelan-pelan dong"
Vivi berusaha mencabut tititku dengan menjatuhkan diri ke depan tetapi keburu kutahan.

Pinggul Vivi kupegang sambil kurasakan tititku diremas-remas oleh memek Vivi yang belum terbiasa dimasuki benda asing.
Gila.. enak banget.
"Ton.. sakit tahu.. pelan-pelan yah.." Vivi memelas.
Kuturuti kemauan Vivi. Gerakan maju mundur secara perlahan kulakukan.
Vivi masih mengeluarkan rintihan halus. Perih katanya.
Memang masih berasa kesat gesekan ini. Terasa kering.
Tetapi secara perlahan kurasakan Vivi mulai basah kembali.

Gerakan maju mundurku semakin lancar tetapi belum kupercepat.
Rintihan berubah menjadi desahan. Vivi mulai menikmati tititku.
Secara pasti kupercepat gerakanku dan desahan Vivi semakin sering pula.
Setiap sodokan masuk, Vivi mendesah.
"Ah... Ah... Ah....Ah.. Ah..."
Desahan Vivi sangat sexy.
Jika hanya mendengar Vivi mendesah seperti ini saja, aku pasti terangsang.
Tetapi ini bukan mimpi... aku memang sedang menyetubuhi Vivi.
Dan desahannya adalah desahan karena menikmati permainan tititku.
Aku bahagia sekali.

"Ton.. kok jadi diperlambat... ayo dipercepat.. enak banget nih."
Lamunanku ternyata mengubah permainanku.
"Sorry Vi.. masih kaga nyangka kalo sekarang gue lagi bersetubuh ama lu."
"Iiihhh... lu bikin gue malu aja.. buruan ah ngentotnya.. pengen nyampe lagi nih."
"Ok, Vi." Kupercepat dan percepat sodokanku.

Badan Vivi semakin menegang dan semakin keras Vivi mendorong pantatnya ke belakang setiap sodokanku.
Desahan Vivi berubah menjadi teriakan kenikmatan.
"AAAAHHHH... Gue sampe lagi, Ton"
"Gue juga bentar lagi, Vi..."
Semakin cepat dan semakin cepat gerakan maju mundurku.
Kurasakan sebentar lagi aku akan meledak.
Di dalam atau di luar yah?? Di dalam atau di luar yah??
Berulang-ulang aku berpikir... belum sempat aku ambil keputusan...
"Ah.. Vi..." Crot.. Crot.. Crot...
Aku menyemprot lembah subur Vivi dengan benih cinta.

"Gila Ton.. enak banget sih dientot elu. Entar lagi yah.."
Aku masih lemas dan tititku pun belum selesai menyemprotkan air maniku, Vivi sudah minta lagi.
"Cabut dong Ton.. gue jadi geli nih."
Didorongya diriku dengan mudah.
Aku terbaring di sebelahnya dan memeluk erat.
"Thanks yah Vi.. Gue belum pernah ngerasain kenikmatan seperti ini."
"No.. no..no... Thank you, Ton. Itu barusan enak banget. Gue kayaknya nyampe berkali-kali."
Kami pun berpelukan sambil tertidur kembali.

Aku terbangun ketika sudah pukul 7 malam.
Vivi masih tertidur di sebelahku.
Masih telanjang.
Ah.. berarti tadi benar bukan mimpi. Vivi telah memberikan perawannya kepadaku.
Aku bergeser perlahan. Kebelet pipis.

Setelah aku menyelesaikan urusan kecilku, perutku menuntut perhatian.
Lapar! Wah makan apa yah?
Aku pun membuka-buka lemari dan kulkas, mencari apa yang bisa dijadikan makan malam.
Ternyata masih ada spaghetti.
Bikin Spaghetti Aglio Olio saja deh. Vivi sangat suka Aglio Olio-ku.

Aku merebus spaghetti. Iris bawang putih 3 siung.
Sosis kupotong kecil-kecil. Baso sapipun kurebus sekalian spaghetti.
Spaghetti kuangkat dan kusiram dengan air dingin.
Ini untuk menghilangkan bau spaghetti.
Kupanaskan minyak zaitun, kutumis bawang putih.
Wangi harum bawang putih memenuhi seluruh apartemen.
Sosis dan baso menyusul.
Telur pun kutaruh. Ongseng-ongseng sampai telur matang.
Spaghetti kutaruh dan kutumis sebentar.
Voila.. jadi deh Aglio Olio.
Tinggal taruh Italian herbs deh.

Vivi rupanya sudah bangun. Dia duduk di pinggir ranjang mengusap-usap matanya.
Badannya yang langsing membuat dadanya yang cukup besar terlihat seperti buah pepaya ranum siap dipetik.
"Pas banget bangunnya, Vi. Ayo makan."
"Wah.. Aglio Olio yah.. udah lama lu kaga bikin ini."
Kami pun duduk berseberangan.
Seumur-umur tidak pernah ngebanyangin makan bareng wanita cantik dan kita berdua tanpa busana.

"Servis lu luar biasa deh, Ton. Abis dientot masih dikasih makan."
"Bisa aja lu, Vi. Sekali lagi thanks yah, Vi. Lu kasih gue perawan lu."
"Iya Ton.. Gue sebenarnya kaga kepikiran sampai ke sana sih... tapi nanggung dan ternyata enak."
"Wah.. gue jadi merasa bersalah nih."
"Jangan gitu Ton.. kan gue yang ngijinin. Lagian.. menurut lu memangnya kenapa gue ajak lu tinggal bareng?"
"Hah? Maksud lu?"
"Iya..." Vivi mengunyah spaghetti di mulutnya baru melanjutkan "Gue sebenarnya naksir sama lu juga"
"Yang bener lu? Gue dari pertama kali ngeliat lu dah jatuh cinta."
"Hahahaha.. Love at first sight yah?"
"Iya.." mukaku terasa hangat karena malunya.

Vivi memang wanita yang tegas dan tahu dia mau apa.
Tidak ada yang bisa menghalanginya jika dia sudah ambil keputusan.
"Ortu gue aja sampai bingung waktu bilang mau ngekos dekat kampus. Padahal pulang ke rumah masih bisa."
"Iya.. gue juga bingung waktu lu bilang mau ngekos, Vi."
"Abis gue gemas sama lu, Ton. Dah setahun lebih kita kenalan tapi lu kaga pernah bergerak juga. Makanya gue ajak kos bareng."
"Wah.. kejebak gue...hahahahaha...tapi kejebak nikmat nih."
"Awas lu yah, Ton." Vivi mencubit lenganku dengan gemasnya.
"Oww.. Sakit..."
"Pasti kalah deh sakitnya pas lu jebolin gue. Gila sakit banget tadi."
Vivi bangun dan terus mencubit-cubit lenganku.

Aku melarikan diri ke kamar dan Vivi mengejarku.
Aku menjatuhkan diri ke atas ranjang.
Vivi menyergapku dan duduk tepat di atas tititku.
"Wow.. sudah keras lagi, Ton? Mau maen lagi?"
Aku hanya bisa menganggukkan kepala menanti kenikmatan.
Vivi memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang rupanya juga sudah basah kembali.
Masih sedikit sulit masuk karena memang memek yang baru pertama kali dibolongin masih cukup rapat.
Perlahan-lahan Vivi mulai menurunkan badannya, membuat tititku semakin tenggelam, menghilang di dalam kolam kenikmatan.

Vivi mulai menggerakkan pinggulnya. Maju mundur.
Buah dadanya bergoyang dengan anggunnya.
Pemandangan yang sangat indah membuatku ingin menghisapnya.
Aku mengubah posisi sehingga bisa menggapai dada Vivi dan menggiringnya ke mulutku.
Lembut, kenyal, besar dan halus.
Reaksi Vivi langsung berubah lebih beringas.
Rupanya titik rangsangnya berada di payudara.
Semakin kuhisap dengan kencang, semakin Vivi gelagapan.
Pentil pinknya kumainkan kembali dengan lidah dan Vivi semakin menjadi-jadi.
Tiba-tiba badannya melengkung ke depan membuatku tersekap oleh payudara besarnya.
Rupanya Vivi telah sampai lagi.

Vivi kelelahan dan merebahkan diri ke ranjang.
Aku yang dibuatnya jadi tanggung tidak mau membiarkan Vivi beristirahat.
Posisi missionaris membuatku bisa beraksi dan Vivi beristirahat.
Tititku pun masih mengalami kesulitan masuk. Benar-benar masih rapat.
Perlahan-lahan mulai kugarap.
"Vi.. lu benar-benar sexy deh. Cantik dan baik hati"
"Gombal lu, Ton."
"Beneran lagi, Vi"
Muka Vivi menjadi merah dan kakinya segera melingkari pinggulku.
Membuat tititku semakin dalam menancap liang kewanitaannya.
Keluar masuk dengan lembut, karena aku masih merasakan memek Vivi belum terbiasa dengan tititku.
Perlahan dan pasti aku semakin mempercepat gerakanku.
Dan akhirnya aku pun menyemprot kembali di dalam rahim Vivi. Crot.. Crot...

"Hangat, Ton... Enak.."
"Apanya yang hangat, Vi?"
"Itu sperma lu. Berasa hangat dan mengalir ke dalam gue."
Vivi segera mengambil bantal dan mengganjal pinggulnya.
Aku tidak mengetahui maksudnya ini.
Baru dua bulan kemudian Vivi memberitahuku kalau dia hamil.
Dia tidak mendapatkan mens dan pergi memeriksakan diri ke dokter dan hasilnya positif hamil.
Wah.. aku bahagia sekali.. walaupun belum lulus kuliah tetapi sudah bisa menjadi ayah.
Memang aku tinggal sidang skripsi sebelum lulus tetapi tawaran kerja dari tempat magangku memastikan posisiku di perusahaan setelah aku lulus.
Aku siap untuk bertanggung jawab.

Ortu Vivi memang sudah siap kalau Vivi hamil. Mereka sudah siap sejak Vivi tinggal bersamaku.
Kata mereka, "Vivi keras kepala dan memang sudah naksir kamu sejak dulu."
"Begitu mau tinggal bareng kamu, kami jelaskan resikonya. Terus dia bilang memang mau kawin sama kamu."
Vivi merah padam ketika cerita ini disampaikan.
"Anton.. kami berdua sungguh lega kalau kamu mau bertanggung jawab. Kapan pernikahannya? Jangan lama-lama.
Nanti perut Vivi sudah terlalu besar. Kalo akhir bulan bagaimana?"
"Akhir bulan, Om? Cepat juga yah.. tapi saya belum ada modal untuk pesta, Om. Nikah tamasya aja yah?"
"Tidak masalah nikah tamasya. Orang tua kamu sudah tahu?"
"Belum, Om. Rencananya setelah ini saya akan segera pulang kampung dua hari bersama Vivi."
"Bagus kalau begitu."

Kami pun melangsungkan pesta pernikahan sederhana, hanya keluarga dan teman-teman dekat.
Vivi terlihat manis dalam gaun pengantin putih Ivory.
Dadanya terlihat siap menyembul keluar.
Memang kami sengaja memilih gaun yang menguatkan aksen sexy Vivi.
Bahkan pada saat lempar bunga, bukan bunga yang dilemparkan.
Vivi merogoh ke roknya dan menarik celana dalam G-String putihnya.
Dilemparkan ke teman-teman pria yang benar-benar barbar berebutan.
Kami tertawa bersama melihat kejadian itu.
Malam harinya kami habiskan dengan sex berbagai posisi.

Kami telah menikah selama 5 tahun dan sudah mempunyai 2 orang anak sekarang.
Kami masih tertawa membicarakan kejadian awal pacaran singkat dan langsung menikah ini.

-Tamat-
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Artikel Cerita dengan judul Cerita Dewasa Akibat Tinggal Satu Apartemen Part II. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://arena-cerita.blogspot.com/2013/04/cerita-dewasa-akibat-tinggal-satu-Part-II.html. Terima kasih!
Judul: Cerita Dewasa Akibat Tinggal Satu Apartemen Part II
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis oleh: Unknown - Minggu, 14 April 2013
Diberdayakan oleh Blogger.